Santri adalah ‘mahluk aneh’ di zaman modern, dengan
gaya penampilan khasnya. Mereka tidak tergerus dengan berbagai bentuk mode
pakaian yang silih berganti dipromosikan orang. Sarungan yang melilit perutnya,
seolah-olah lebih keren dari pada celana jeans dan songkok buntut juga terlihat
nyaman di kepalanya dibandingkan topi-topi modern.
Kemudian dari pola pikir, mereka juga sangat
sederhana. Tidak risau dengan kegaduhan politik negara ini, tidak terpengaruh
hingar bingar keramaian modernisasi segala bidang. Mereka tekun dengan target
hafalan al-Qur’an, hadist dan nadhoman al-fiyahnya.
Namun bukan berarti mereka orang yang tidak peduli
dengan masyarakat. Ada saat sudah waktunya, mereka langsung terjun dan menjadi
solutor bagi problematika masyarakat. Berikut ini, beberapa makna santri
menurut Arab Melayu. Santri berasal dari kata syin, nun, ta’, ro’ dan
ya’
Syin adalah kependekan dari kalimat syatirun ‘anil
‘uyuub artinya menutupi kekurangan atau aib serapat mungkin. Santri harus
bisa menjaga moralitas karena mereka adalah generasi yang sangat diharapkan
untuk menjadi tolak ukur moral di masyarakat.
Nun adalah naaibul ‘anisy syaikh artinya pengganti
dari guru dan orang tua. Ulama adalah pewaris dari para nabi, kemudian santri
adalah pewaris dari para ulama. Sehingga keberadaan santri ini sangat
diharapkan bisa menjadi panutan untuk meneruskan dakwah dan tarbiyah karena
mereka sudah diberi kemampuan lebih dalam bidang agama.
Ta’ adalah Taa’ibun ‘anidzunub artinya senantiasa
memperbaharui taubat kepada Allah dan menghindari berbuat dosa kecil maupun
besar. Manusia memang tidak ada yang suci dari dosa dan kesalahan karena
sifatnya yang pelupa. Namun, Allah dengan kasih sayangnya masih memberi
kesempatan untuk membersihkan dosa dan kesalahan dengan pintu taubat yang
selalu terbuka sampai nyawa tercabut.
Ra’ adalah rooghibun fil mandhub artinya sepi dari
mengharap imbalan tapi giat untuk bekerja. Mereka berbuat bukan untuk
mendapatkan imbalan yang banyak sebagaimana orang bekerja mencari penghasilan.
Namun mereka berbuat karena ingin memberi yang terbaik bagi orang lain dan
masyarakat luas. Mentalitasnya bukan seperti robot yang selalu harus diremot
baru bergerak. Keterpanggilan iman yang mendorong dirinya terus berbuat untuk
Islam. Mereka sangat yakin bahwa kebaikan yang diberikan kepada orang lain,
hakekatnya adalah kebaikan untuk dirinya kelak di hari kiamat.
Ya’ adalah yughni ‘anrizqillah artinya merasa cukup
dengan rizki yang diberikan oleh Allah. Kesederhanaan adalah menjadi gaya
hidupya. Manusia stress dan menjadi gila karena mengejar keinginan-keinginan
yang diluar kemampuannya, tidak terima dengan kepuasan pemberian dari Allah.
Sebagaian manusia menjadi budak dunia dengan mengejar dan terus berlari siang
malam untuk mencari dunia. Padahal, tidak pernah akan ada kepuasan dengan dunia
kecuali kenikmatan akherat yang Allah janjikan.
Santri di atas adalah gambaran santri ideal yang
diharapkan para kyai dan ustadznya. Sekarang ini ada juga santri yang
terkontamiansi dengan budaya modern dengan tehnologi komunikasi dan informasi.
Mereka lebih betah di depan televisi dari pada mengaji di depan kyai. Jarang
sowan denga pra ustadz tapi sering berkutat dengan Hp dan internet. Akhlaqnya
tidak lagi mengedepankan norma-norma kesopanan tapi urakan dan tidak sopan.
Sehingga dengan penjelasan filosofi santri di atas,
semoga para santri yang membaca ini bisa kembali kepada fitrahnya. Banyak
harapan ada di pundak santri untuk perbaikan masyarakat dan bangsa ini. tidak
mungkin negara ini akan diserahkan kepada generasi yang hobbynya nongkrong di
pinggir jalan dengan gitar dan rokoknya. Tidak bisa diharap pemuda yang gemar
mabuk, narkoba, pergaulan bebas dan balap-balapan motor. Santri adalah salah
satu harapan bangsa ke depan, Allahu akbar.
0 comments:
Post a Comment