Thursday 23 May 2013

Filosofi Santri

     Santri adalah ‘mahluk aneh’ di zaman modern, dengan gaya penampilan khasnya. Mereka tidak tergerus dengan berbagai bentuk mode pakaian yang silih berganti dipromosikan orang. Sarungan yang melilit perutnya, seolah-olah lebih keren dari pada celana jeans dan songkok buntut juga terlihat nyaman di kepalanya dibandingkan topi-topi modern.
 
Kemudian dari pola pikir, mereka juga sangat sederhana. Tidak risau dengan kegaduhan politik negara ini, tidak terpengaruh hingar bingar keramaian modernisasi segala bidang. Mereka tekun dengan target hafalan al-Qur’an, hadist dan nadhoman al-fiyahnya.

Namun bukan berarti mereka orang yang tidak peduli dengan masyarakat. Ada saat sudah waktunya, mereka langsung terjun dan menjadi solutor bagi problematika masyarakat. Berikut ini, beberapa makna santri menurut Arab Melayu. Santri berasal dari kata syin, nun, ta’, ro’ dan ya’

Syin adalah kependekan dari kalimat syatirun ‘anil ‘uyuub artinya menutupi kekurangan atau aib serapat mungkin. Santri harus bisa menjaga moralitas karena mereka adalah generasi yang sangat diharapkan untuk menjadi tolak ukur moral di masyarakat.

Nun adalah naaibul ‘anisy syaikh artinya pengganti dari guru dan orang tua. Ulama adalah pewaris dari para nabi, kemudian santri adalah pewaris dari para ulama. Sehingga keberadaan santri ini sangat diharapkan bisa menjadi panutan untuk meneruskan dakwah dan tarbiyah karena mereka sudah diberi kemampuan lebih dalam bidang agama.

Ta’ adalah Taa’ibun ‘anidzunub artinya senantiasa memperbaharui taubat kepada Allah dan menghindari berbuat dosa kecil maupun besar. Manusia memang tidak ada yang suci dari dosa dan kesalahan karena sifatnya yang pelupa. Namun, Allah dengan kasih sayangnya masih memberi kesempatan untuk membersihkan dosa dan kesalahan dengan pintu taubat yang selalu terbuka sampai nyawa tercabut.

Ra’ adalah rooghibun fil mandhub artinya sepi dari mengharap imbalan tapi giat untuk bekerja. Mereka berbuat bukan untuk mendapatkan imbalan yang banyak sebagaimana orang bekerja mencari penghasilan. Namun mereka berbuat karena ingin memberi yang terbaik bagi orang lain dan masyarakat luas. Mentalitasnya bukan seperti robot yang selalu harus diremot baru bergerak. Keterpanggilan iman yang mendorong dirinya terus berbuat untuk Islam. Mereka sangat yakin bahwa kebaikan yang diberikan kepada orang lain, hakekatnya adalah kebaikan untuk dirinya kelak di hari kiamat.

Ya’ adalah yughni ‘anrizqillah artinya merasa cukup dengan rizki yang diberikan oleh Allah. Kesederhanaan adalah menjadi gaya hidupya. Manusia stress dan menjadi gila karena mengejar keinginan-keinginan yang diluar kemampuannya, tidak terima dengan kepuasan pemberian dari Allah. Sebagaian manusia menjadi budak dunia dengan mengejar dan terus berlari siang malam untuk mencari dunia. Padahal, tidak pernah akan ada kepuasan dengan dunia kecuali kenikmatan akherat yang Allah janjikan.

Santri di atas adalah gambaran santri ideal yang diharapkan para kyai dan ustadznya. Sekarang ini ada juga santri yang terkontamiansi dengan budaya modern dengan tehnologi komunikasi dan informasi. Mereka lebih betah di depan televisi dari pada mengaji di depan kyai. Jarang sowan denga pra ustadz tapi sering berkutat dengan Hp dan internet. Akhlaqnya tidak lagi mengedepankan norma-norma kesopanan tapi urakan dan tidak sopan.

Sehingga dengan penjelasan filosofi santri di atas, semoga para santri yang membaca ini bisa kembali kepada fitrahnya. Banyak harapan ada di pundak santri untuk perbaikan masyarakat dan bangsa ini. tidak mungkin negara ini akan diserahkan kepada generasi yang hobbynya nongkrong di pinggir jalan dengan gitar dan rokoknya. Tidak bisa diharap pemuda yang gemar mabuk, narkoba, pergaulan bebas dan balap-balapan motor. Santri adalah salah satu harapan bangsa ke depan, Allahu akbar.



0 comments:

Post a Comment